Sabtu, 23 Februari 2013

Didi Petet, Aktor Legendaris 3 Jaman

Didi Petet, Aktor Legendaris 3 Jaman
Di dunia perfilman Indonesia, kemampuannya sudah tidak disangsikan lagi. Banyak yang menjulukinya sebagai aktor legendaries 3 jaman. Karena ia memang selalu eksis menghiasi dunia layar kaca Indonesia dari dulu hingga sekarang. Siapa lagi jika yang dimaksud itu bukan Didi Petet?
Didi Petet, sosok bertubuh gembul dan berambut keriting itu namanya memang terjajar di deretan aktor legendaris Indonesia. Kepiawaiannya dalam berakting tidak perlu diragukan lagi. Berbagai jenis karakter peran, bisa ia mainkan dengan sangat memukau. Dari peran tokoh yang berwibawa, gokil, sampai banci, mampu ia kuasai dengan baik. Bahkan pertama kali namanya tenar setelah memerankan Emon, tokoh banci dalam film remaja laris ‘Catatan Si Boy’ besutan Nasri Chepy, tahun 80-an. Semenjak itu, semua orang langsung mengenalnya berkat keberhasilannya memainkan perannya.
Memang, nyaris semua peran yang diberikan kepadanya, mampu ia taklukkan sesulit apapun peran itu. Setelah ‘Catatan Si Boy’ ia juga berhasil memerankan sosok Si Kabayan, tokoh lugu khas dari tatar Pasundan yang pastinya tidak mudah untuk ditaklukkan. Atas keberhasilannya menjadi sosok Kabayan, Didi Petet pun namanya langsung melejit dalam dunia peran dan menjadi sosok yang disegani karena kepiawaiannya berakting.
Pemilik nama lengkap Didi Widiatmoko yang akrab dipanggil dengan “Didi Petet“ ini tidak serta merta bisa mendapatkan prestasinya tersebut dengan mudah. Butuh kerja keras dan terus belajar untuk mewujudkan itu semua. Langkah awal yang dilakukannya, sebelum bergelut di dunia peran, sebenarnya ia terlebih dahulu bermain musik.
“Semula saya suka main musik tapi saya merasa permainan saya pas-pasan. Kebetulan pada waktu itu saya kenal Harry Rusli. Permainan saya sering diketawain sama dia,” kata Didi.
Ia mulai masuk dunia peran, diawali dari panggung opera. Kebetulan waktu itu, Harry Rusli sedang membuat opera Ken Arok. Didi kemudian diberi peran oleh Harry Rusli di opera tersebut. Tapi jangan dibayangkan ia langsung mendapatkan peran utama. Tidak. Harry Rusli hanya memberikan peran kecil kepada Didi yaitu sebagai tukang bakso. Sekalipun perannya kecil, Didi waktu itu sudah sangat bersyukur sekali diberi peran. Ia benar-benar merasa sangat bahagia berada di atas panggung.
Didi saat berada di atas panggung merasa seperti tiba-tiba berubah. Ia mendapatkan sebuah pelajaran bagaimana caranya mengendalikan diri. Belajar bagaimana caranya supaya tidak over-acting atau under-acting. Semua itu ia rasakan membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi.
Semenjak itu, ia pun semakin tertarik untuk memasuki dunia peran yang sesungguhnya. Ia ingin benar-benar belajar akting. Belajar seni peran. Sekalipun sebenarnya ia secara tidak sadar selama dua tahun ikut bersama Harry Rusli sudah belajar banyak tentang hal tersebut. Ia sudah paham musik, paham ritme, ia juga memahami harmoni dari musik itu. Tapi, ia ingin mendalaminya secara serius. Ia pun kemudian masuk di IKJ. Ia kemudian belajar dengan Bu Tatiek Maliyati.
Selama ia di IKJ, pemahamannya tentang dunia akting semakin matang. Wawasannya tentang musik pun juga lebih dalam.  Sepak terjangnya di layar kaca pun semakin padat. Peran-demi peran ia berhasil taklukkan dengan baik. Namanya semakin melambung di belantika perfilman nasional. Namanya semakin harum dengan berbagai prestasi yang didapatkannya. Berbagai job banyak sekali datang kepadanya, dari bermain film, bintang iklan, dan sinetron.
Pada suatu ketika, ia pun akhirnya mendirikan sebuah production house sendiri. Hal itu dilakukannya untuk mewujudkan cita-citanya bisa memproduksi sendiri berbagai macam format acara televisi untuk kepentingan industri televisi Indonesia. Berkat PH yang didirikannya, ia pun semakin produktif berkarya.
Di samping itu namanya telah berkibar di dunia layar kaca, di samping itu ia juga aktif dalam sejumlah pementasan teater, seminar tentang seni peran dan mengajar serta menjadi Dekan di Fakultas Seni Pertunjukan – IKJ.
Dari pengalamannya selama bergelut di dunia peran dan pertunjukan, ia menarik sebuah kesimpulan bahwa, ”sebaiknya aktor selain belajar seni peran itu sendiri, dia juga harus belajar tentang seni-seni yang lain. Agar betul-betul kaya dalam berekspresi. Belajar akting adalah belajar tentang kehidupan. Belajar tentang apa yang ada di sekeliling kita. Kita hidup dalam sebuah dunia dengan aturan-aturan sosial yang suka atau tidak sudah terberi pada kita sejak lahir dan kelak mati.”
Rekam Jejak Prestasi Didi Petet
  1. Aktor Pembantu Terbaik, Piala Citra FFI 1988 (Cinta Anak Jaman)
  2. Aktor Terpuji Festival Film Bandung (FFB) 1988 (Catatan si Boy)
  3. Aktor Terpuji FFB 1989 (Gema Kampus 66)
  4. Aktor Terpuji FFB 1994 (Si Kabayan Cari Jodoh)
  5. Lifetime Achievement MTV Indonesia Movie Award 2004
  6. Nominasi Piala Citra 1990, Aktor Utama (Joe Turun Ke Desa)
  7. Nominasi Piala Citra 1991, Aktor Utama (Boneka dari Indiana)
  8. Nominasi Piala Citra 2004, Aktor Pembantu (Pasir Berbisik)
  9. Nominasi Indonesian Movie Award 2010, Aktor Utama (Jermal)
  10. Nominasi Piala Vidia 2011, Aktor Pembantu (Bakpao Pingping)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar